AVI Taufik Hidayat Ketua Panitia Kongres Sunda juga memberi cinderamata kepada La Nyalla berupa Iket (Udeng) Darmakusuma, Pusaka Kujang Pamor Padjajaran, Buku Biografi Otto Iskandardinata, dan Duluang (sejenis prasasti tulisan kuno). (ayobandung/Irfan Al Faritsi)
“Saya sampaikan terima kasih atas gelar, penghargaan, dan cinderamata yang diberikan kepada saya. Terutama pusaka kujangnya. Kebetulan saya juga pelestari pusaka. Selain keris, tombak, saya juga punya kujang. Tapi ini yang langsung saya terima dari tokoh Sunda. Sekali lagi terima kasih,” ungkap LaNyalla.
Demikian disampakan La Nyalla dalam acara Dialog Kebudayaan dengan Panitia Kongres Sunda di ruang pertemuan Swiss-belresort Dago, Bandung, Rabu (13/1/2021).
“Dalam waktu dekat, saya akan bertemu Presiden Joko Widodo dalam forum konsultasi rutin. Dalam pertemuan itu, saya akan mengusulkan kepada Presiden untuk menetapkan hari kebudayaan dan kearifan lokal sebagai hari nasional,” katanya.
Menurut LaNyalla, hal itu penting mengingat budaya adalah identitas bangsa. Dan kearifan lokal adalah pembela sekaligus pintu membangun kesejahteraan masyarakat asli.Dalam kesempatan itu, Panitia Kongres Sunda secara resmi menyematkan panggilan Akang AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Gelar itu diberikan oleh Pembina Kongres Sunda, Raden Holil Aksan Umarzein.

“Saya sampaikan terima kasih atas gelar, penghargaan, dan cinderamata yang diberikan kepada saya. Terutama pusaka kujangnya. Kebetulan saya juga pelestari pusaka. Selain keris, tombak, saya juga punya kujang. Tapi ini yang langsung saya terima dari tokoh Sunda. Sekali lagi terima kasih,” ungkap LaNyalla.
Dalam pertemuan itu, sejumlah senator turut hadir mendampingi, di antaranya senator asal Jawa Barat, Eni Sumarni, Amang Syafrudin, dan Asep Hidayat. Juga hadir senator Facrul Razi (Aceh), Alirman Sori (Sumbar), Jiyalika Maharani (Sumsel), Ria Mayang Sari dan Sum Indra (Jambi), Ahmad Bastian dan Bustami Zainudin (Lampung), Wa Ode Rabia Al Adawia (Sultra) dan Alexander Fraciscus (Babel).Sementara dari Panitia Kongres Sunda hadir Avi Taufik Hidayat (Ketua OC Kongres Sunda), Nina Kurnia Hikmawati (Sekretaris Kongres Sunda), Andri Perkasa Kantaprawira (Ketua SC), Acil Bimbo (Pembina Kongres), Raden Holil A. Umarzein (Pembina Kongres Sunda), Duddy Sutandi (Pakar Kongres Sunda) dan Hilman Hidayat (Ketua PWI Jawa Barat).
Sementara Senator asal Sumbar, Alirman Sori mengakui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan belum mampu menampung kebutuhan masyarakat akan eksistensi kearifan lokal. “Tetapi sebagai alas untuk menuju ke sana, bisa kita maksimalkan. Tentu melalui forum-forum seperti ini,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Acil Bimbo yang bernama asli Dharmawan Hardjakusumah menyoal banyaknya kearifan lokal dan tata nilai yang sudah tercerabut di Indonesia. Karena belum tegasnya garis batas antara konservasi budaya dengan kepentingan ekonomi.
#mydarlingmasyarakatsadarlingkungansektor22
#kitajagaalamalamjagakita #klhk #bnpb

